Sekilas Tentang Autisme & ABA (Applied Behavior Analysis) / Metode Lovaas

Autisme Dan Applied Behavior Analysis (ABA/Metode Lovaas)

Halaman ini telah di-akses 224943 kali, sejak 08 Februari 2012

Terakhir dikunjungi 18 April 2024, jam 12:21:21 UTC/GMT


Gambar Autisme Tanda-GejalaAutisme adalah gangguan perkembangan nerobiologi yang berat yang terjadi pada anak sehingga menimbulkan masalah pada anak untuk berkomunikasi dan berelasi (berhubungan) dengan lingkungannya. Penyandang autisme tidak dapat berhubungan dengan orang lain secara berarti, serta kemampuannya untuk membangun hubungan dengan orang lain terganggu karena masalah ketidak mampuannya untuk berkomunikasi dan untuk mengerti apa yang dimaksud oleh orang lain. Tanda-tanda/gejala ini sudah nampak jelas sebelum anak berusia 3 tahun, dan kemudian berlanjut sampai dewasa jika tidak dilakukan intervensi yang tepat.

Terapi/Intervensi Dini Pada Autisme

Yang dimaksud dengan Intervensi Dini yaitu terapi/tatalaksana yang dilakukan terhadap anak dengan usia sejak lahir sampai dengan usia 3 tahun (terapi/tatalaksana dimulai sebelum usia 3 tahun) yang dilakukan pada anak-anak yang memiliki kecacatan (disability), keterlambatan perkembangan (developmental delay) atau yang berisiko untuk keterlambatan yang signifikan.

Hasil terbaik adalah jika intervensi mulai dilakukan sebelum anak berusia 3 tahun, yang disebut sebagai intervensi dini. Penundaan dimulainya terapi akan mempengaruhi hasil jangka panjang (mengurangi keberhasilan). Jadi, semakin muda dari 3 tahun usia anak saat dimulainya intervensi dini, maka hasilnya akan semakin baik. Dan semakin tua dari 3 tahun usia anak saat dimulainya intervensi dini, maka hasilnya semakin kurang. Namun, usia berapapun seorang anak autistik, harus dan bisa dilakukan intervensi, namun tidak lagi disebut sebagai intervensi dini.

Di antara berbagai metode yang ada untuk terapi dan edukasi penyandang autisme, maka ABA (Applied Behavior Analysis) lah yang telah sangat luas diterima sebagai metode yang efektif dan efisien  
Sebagaimana dinyatakan oleh U.S. Public Health Service (1999): Mental Health: A Report of the U.S. Surgeon General states, "Thirty years of research demonstrated the efficacy of applied behavioral methods in reducing inappropriate behavior and in increasing communication, learning, and appropriate social behavior"
Sebagaimana juga yang dinyatakan pada tahun 1997 oleh US Department Of Health dan NYSDOH (New York State Department Of Health), yaitu: "ABA is the only intervention reccomended in autism".
Dan juga dinyatakan oleh AAP (American Academy Of Pediatrics, 2007), yaitu: The benefit of ABA-based interventions in autism spectrum disorders (ASDs) "has been well documented" and that "children who receive early intensive behavioral treatment have been shown to make substantial, sustained gains in IQ, language, academic performance, and adaptive behavior as well as some measures of social behavior."

Sedangkan selain ABA dan Biomedical Intervention, terapi-terapi lainnya merupakan terapi tambahan/pelengkap jika diperlukan saja, dan tambahan tersebut hanya terbatas pada masalah yang ada saja yang terkait dengan terapi tambahan/pelengkap tersebut.

Applied Behavior Analysis (ABA/Metode Lovaas)

autisme-applied-behavior-analysis-liza-rudy-sutadiABA (Applied Behavior Analysis) yaitu suatu ilmu perilaku terapan untuk mengajarkan dan melatih seseorang agar menguasai berbagai kemampuan yang sesuai dengan standar yang ada di masyarakat. Penggunaan ABA tidak hanya terbatas pada autisme saja, tetapi sangat luas diterapkan dalam berbagai bidang, yaitu misalnya olahraga, manajemen, pendidikan, vocational-skill (keterampilan misalnya dalam pendidikan pilot pesawat terbang), dlsb.

Dasar-dasar ABA sudah dikembangkan sejak mulai 1 abad yang lalu, dan melalui berbagai penelitian yang luas dan banyak sekali. ABA untuk penyandang autisme pertama kali diterapkan oleh Prof.  Ole Ivaar Lovaas (meninggal dunia pada 2 Agustus 2010 dalam usia 83 tahun) di UCLA (University of California, Los Angeles) pada tahun 1962. Kemudian beliau mempublikasikan hasilnya pada tahun 1967 dan berbagai publikasi penelitian-penelitian lainnya pada tahun-tahun berikutnya. Publikasi monumental ini menyebabkan ABA dikenal juga sebagai Metode Lovaas.

Sejak itu sampai sekarang, tehnik-tehnik maupun kurikulum ABA untuk penyandang autisme sudah sangat dikembangkan oleh para ahli maupun praktisi ABA, dengan melalui berbagai penelitian dan penerapan, sehingga membuahkan hasil yang menakjubkan dalam terapi autisme. Oleh karena itulah ABA sangat direkomendasikan oleh NYSDOH (New York State Department Of Health) dan US Department Of Health, serta AAP (American Academy Of Pediatrics).

Kelebihan ABA untuk penyandang autisme antara lain (tapi tidak terbatas pada ini saja), yaitu kurikulum yang sistematik, terstruktur dan terukur.
Sistematik yaitu terapi dimulai dari tingkat kemampuan anak saat assessment (penilaian/pemeriksaan) dibuat, dan apakah prasyarat untuk mengajarkan/melatih aktivitas/program/kurikulum bersangkutan sudah dikuasai oleh anak, bila belum maka diajarkan/dilatih terlebih dahulu prasyaratnya. Kemudian, setelah suatu aktivitas dikuasai, dilanjutkan dengan aktivitas berikutnya yang sudah jelas urutan-urutan/tahapannya sampai program/kurikulum berakhir/selesai yaitu anak masuk ke dalam mainstreaming (yaitu anak masuk sekolah reguler, berkembang seperti anak lain sepantarannya, dan kemudian bisa hidup mandiri di masyarakat).
Terstruktur, yaitu dalam mengajarkan/melatih suatu aktivitas/program/kurikulum, digunakan berbagai teknik terapan (misalnya DTT, DT, EO, dlsb) yang telah diteliti dan dikembangkan oleh para ahli dan praktisi ABA.
Terukur, yaitu digunakan lembar penilaian sehingga kita semua bisa dengan yakin mengatakan bahwa seorang anak telah bisa/menguasai suatu aktivitas/program/kurikulum ataukah belum.

Pada berbagai penelitian, didapatkan bahwa anak-anak autistik yang diterapi dengan ABA mengalami kemajuan yang pesat dan signifikan dalam hal IQ, bahasa, kemampuan akademik, dan perilaku adaptif maupun perilaku sosialnya. Bahkan pada suatu penelitian, beberapa anak "mantan autistik" yang telah diterapi dengan ABA, dicampur (diikut sertakan) dengan anak-anak yang lain yang tidak pernah mengalami gangguan perkembangan apapun, kemudian dilakukan tes oleh para ahli. Ternyata anak-anak "mantan autistik" yang telah diterapi dengan ABA tersebut tidak dapat dibedakan dengan anak-anak lainnya yang tidak pernah mengalami gangguan perkembangan apapun dalam hal IQ, bahasa, kemampuan akademik, dan perilaku adaptif maupun perilaku sosialnya.

Keberhasilan penggunaan ABA pada penyandang autisme menjadi populer ketika Catherine Maurice menerbitkan bukunya pada tahun 1993 yang berjudul Let Me Hear Your Voice. Dalam bukunya tersebut dia menceriterakan keberhasilan dengan terapi ABA pada kedua anak autistiknya. Kisah Catherine Maurice tersebut memberi harapan kepada para orangtua yang selama ini telah dipaksa untuk percaya, bahkan oleh profesional, bahwa anak-anak autistik akan selalu tetap dalam keadaan buruk.

Di Indonesia, penggunaan ABA (Applied Behavior Analysis / Metode Lovaas) untuk penyandang autisme dipopulerkan dan disebarluaskan oleh Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI sejak tahun 1997 melalui berbagai simposium, seminar, dan pelatihan yang diadakan oleh YAI maupun berbagai pihak lainnya (Universitas/Fakultas/ Rumahsakit/dll.). Dr. Rudy mempelajari ABA ini dari berbagai sumber termasuk ISADD (Integration Service for Autism and Developmental Delay), Perth, Australia;  The Option Institute, New York, USA; LIFE (Lovaas Institute For Early Intervention), Los Angeles, USA; dan PennState University, Pennsylvania, USA.


 

Untuk dapat menggunakan fasilitas website kidABA.com
silahkan lakukan pendaftaran terlebih dahulu:
 
<a href='http://www.kidaba.com/anggota/pendaftaran/anggotaPendaftaran.php'>Klik Di Sini</a>
 
 


 
INFORMASI:


 

Sedang Loading Tweeter dan Facebook
Mohon Tunggu...