[ RINGKASAN 07 DARI 17 – BIOMEDICAL INTERVENTION THERAPY]
ESSENTIAL FATTY ACIDS
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI
(Dokter Spesialis Anak. Konsultan Autisme, Applied Behavior Analysis, dan Biomedical Intervention Therapy)
DASAR PEMIKIRAN :
Essential Fatty Acids merupakan zat gizi yang sangat penting bagi manusia. Mereka terdapat pada membran sel pada setiap sel, dan sekitar 20% otak anak terdiri dari essential fatty acids.
Air susu ibu sangat kaya akan essential fatty acids, dan umumnya susu formula bayi kurang mengandung zat gizi penting ini yang dibutuhkan untuk perkembangan otak.
Dua kategori umum dari essential fatty acids adalah omega-3 dan omega-6.
Omega-3 fatty acids memiliki “umur” yang relatif pendek. Sehingga pemprosesan makanan komersial sering menghidrogenasi penuh atau sebagian, yang menghasilkan “umur” yang lebih panjang tetapi menghilangkan nilai nutrisinya.
Maka, lebih dari 80% masyarakat Amerika memiliki kadar yang rendah pada omega-3 fatty acids. Hal ini merupakan masalah nutrisi yang luas di Amerika.
Kadar rendah dari essential fatty acids dihubungkan dengan gangguan psikologis yang luas, termasuk depresi, depresi pasca melahirkan, bipolar (manic/depression) dan sindrom Rett (yang mirip dengan autisme).
Lebih penting lagi, dua penelitian yang telah dipublikasi menemukan bahwa anak-anak dengan autisme memiliki kadar yang lebih rendah pada omega-3 fatty acids dibanding dengan populasi umum.
( S. Vancassel et al., Plasma fatty acids levels in autistic childre, Prostaglandins Leukot Essent Fatty Acids 2001 65:1-7.
Bell et al. (2002) Abnormal fatty acid metabolis in autism and Asperger’s syndrome. In Phospholipid Spectrum Disorder in Psychiatry and Neurology (2nd edition).
PENJELASAN TERAPI :
Satu dari sumber terbaik omega-3 fatty acids adalah ikan, yang memperolehnya dari algae dan plankton di laut.
Sayangnya, banyak ikan mengandung merkuri dalam jumlah besar dan juga racun-racun lainnya, terutama predator yang besar (hiu, ikan pedang, dan tuna). Ikan kecil seperti salmon dan udang, cenderung mengandung kadar merkuri yang lebih rendah, tetapi juga tergantung darimana asalnya. Karena itu, umumnya lebih aman bagi anak-anak untuk memperoleh essential fatty acids dari minyak ikan, karena hanya sedikit merkuri disimpan pada minyak.
Dua omega-3 fatty acids utama adalah EPA dan DHA. DHA penting untuk perkembangan otak dini, dan EPA bermanfaat pada perkembangan lebih lanjut.
DOSIS YANG DIANJURKAN :
Dosis didasarkan dari jumlah omega 3, bukan jumlah total dari minyak yang mengandung minyak-minyak lain, yaitu :
Omega 3 : 20-60 mg/kg (600-1.800 mg untuk anak dengan berat 30 kg atau 60 lb). Untuk anak-anak yang lebih muda, gunakan suplementasi yang lebih kaya kandungan DHA nya. Dan untuk anak yang lebih tua dan dewasa, gunakan suplementasi yang lebih kaya EPA nya.
Omega 6 : Dosisnya seperempat dari dosis omega 3. Jadi, jika mendapat 1.000 mg omega 3, maka berikan juga 250 mg omega 6.
Penting untuk mempertahankan keseimbangan omega 3 dan omega 6, maka walau umumnya penduduk Amerika mendapat cukup omega 6, mereka yang mendapat suplementasi omega 3 biasanya perlu mendapat lebih lagi.
Flax seed oil juga merupakan sumber dari omega 3 fatty accids, tetapi bentuk yang dihasilkannya (alpha linolenic acid) harus dirubah oleh tubuh menjadi bentuk aktif (EPA dan DHA). Terdapat beberapa laporan bahwa anak-anak dengan autisme berespons jelek terhadap flax seed oil, maka fish oil lebih direkomendasikan.
Cod liver oil (atau fish liver oil lain) merupakan sumber yang baik dari omega 3 fatty acids, dan juga memberikan jumlah yang baik dari vitamin A dan vitamin D. Namun, asupan vitamin A total dari semua suplemen-suplemen tidak boleh jauh melampaui RDA (lihat bagian vitamin/mineral) untuk jangka panjang, karena jumlah yang berlebihan akan disimpan dalam liver dan dapat mengganggu fungsi liver. (Caroten adalah pra-vitamin A dan tidak menjadi masalah).
TESTING :
Kadar essential fatty acids dapat diukur pada membran sel darah merah. Namun, karena umumnya penduduk Amerika memiliki kadar rendah pada omega 3, lebih diinginkan untuk mencapai kadar puncak dari rentang “normal” omega 3. Juga perlu diukur jumlah absolut dari setiap fatty acid, bukan hanya persentase masing-masing.
Efektivitas terapi berdasar penilaian oleh orangtua (Parent Rating) :
Dari 626 laporan : Memburuk 2%, tidak ada perubahan 42%, membaik 55%.
PENELITIAN :
Terdapat sejumlah besar penelitian-penelitian ilmiah yang memperlihatkan bahwa manusia membutuhkan essential fatty acids, dan bahwa umumnya penduduk di Amerika kurang konsumsinya.
Seperti dikemukakan di atas, 2 penelitian menemukan bahwa anak-anak dengan autisme memiliki kadar omega 3 fatty acids yang lebih rendah dibanding anak-anak umumnya.
Terdapat empat penelitian terapi pada anak/dewasa dengan autisme.
Suatu 90-day open trial terhadap essential fatty acids pada 18 anak dengan autisme menemukan peningkatan bermakna pada kemampuan bahasa dan kemampuan belajar.
(Patrick L and Salik R, The Effect of Essential Fatty Acid Supplementation on Language Development anda Learning Skills in Autism and Asperger’s syndrom. Autism/Asperger’s Digest : Research Article – Jan/Feb 2005).
Pada satu penelitian kecil double-blind, placebo-controlled oleh Amminger dkk. menemukan bahwa minyak ikan mungkin memiliki manfaat dalam mengurangi hiperaktivitas, tetapi angkanya terlalu kecil untuk dikatakan bermakna secara statistik.
(Amminger et al. Omega-3 Fatty Acids Supplementation in Children with Autism: A Double-blind Randomized, Placebo-controlled Pilot Study. Biol Psychiatry. 2006 Aug 22).
Satu penelitian oleh Adams dkk. menemukan bahwa suplementasi fish oil (kaya DHA) selama 2 bulan menyebabkan perbaikan bermakna pada area sosial dan area-area lainnya, terutama pada anak-anak dan dewasa yang mengkonsumsi 1 porsi ikan per bulan.
Satu penelitian terbuka oleh Audhya dkk. adalah penelitian terapi selama 9 bulan. Mereka menemukan sedikit perbaikan pada 6 bulan, tetapi perbaikan jelas pada 9 bulan. Perbaikan terbesar adalah pada fungsi usus (pada banyak kasus diverifikasi dengan endoskopi sebelum dan sesudah terapi), tetapi juga terjadi perbaikan-perbaikan pada area-area lain.
Untuk informasi lebih lanjut, bisa dilihat pada http://www.nordicnaturals.com
Prof. Lovaas merupakan profesional pertama yang menerapkan ABA (Applied Behavior Analysis) untuk autisme. Dimulai pada tahun 1962, kemudian publikasi pertama pada tahun 1967, sehingga ABA untuk autisme dikenal juga sebagai Metode Lovaas.
Pada tahun 1993, Catherine Maurice menerbitkan bukunya yang berjudul Let Me Hear Your Voice, sehingga ABA terkenal ke seluruh dunia.
Dalam bukunya tersebut, Catherine Maurice menceriterakan tentang 2 anaknya yang autistik yang ditangani dengan ABA oleh Prof. Lovaas dan team, kemudian keduanya membaik sehingga tidak bisa dibedakan dengan anak lain.
Dokter Spesialis Anak yang menangani Autisme ini merupakan profesional yang langka, karena menguasai dua Terapi Utama Autisme yaitu ABA (Applied Behavior Analysis) dan Biomedical Intervention Therapy (BIT).
Kiprahnya diakui secara nasional maupun di lingkup internasional.
Dr. Rudy Sutadi, SpA, MARS, SPdI, adalah profesional Indonesia pertama yang menyebarluaskan dan mempopulerkan ABA untuk autisme di Indonesia, sejak tahun 1997.
Mempelajari ABA dari berbagai sumber, antara lain:
› LIFE (Lovaas Institute For Early Intervention), Los Angeles, USA
› PennState University, Pennsylvania, USA
› The Option Institute, New York, USA
› ISADD (Integration Service For Autism And Development Delay), Perth, Australia
› dan lain-lain
"Hampir seluruh tujuan hidup saya sudah diwujudkan. Sekarang, keinginan saya lebih ke arah ibadah, antara lain dengan membagi ilmu yang saya punya"
Demikian pendirian Liza, yang merupakan tokoh penerus ABA (Applied Behavior Analysis) untuk autisme di Indonesia.
Liza merupakan penggagas backToABA, yaitu setelah beberapa lama mengamati dan mempelajari bahwa sampai saat ini hanya ABA-lah satu-satunya metode yang telah teruji melalui berbagai penelitian ternyata terbukti efektif dan efisien untuk mengajar dan melatih anak-anak autistik (autisme).
Namun beberapa tahun setelah dokter Rudy tidak dapat aktif, penggunaan ABA yang betul dan benar mulai terkikis, oleh karena itu Liza menggagas "Kembali Ke ABA" (Back To ABA)
Liza telah memberikan pelatihan ABA ke berbagai kota di seluruh Indonesia.
Pendapatnya tentang berbagai jenis terapi lainnya yang ada di Indonesia, Liza dengan tegas mengatakan "silahkan tunjukkan hasil penelitian metode tersebut untuk anak-anak autistik" (yang ternyata tak ada).